Kontributor

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 09 Mei 2016

Perkenalkan SpaceX Red Dragon: Cikal Bakal Tempat Tinggal Manusia di Mars

- Tidak ada komentar

SpaceX, perusahaan swasta asal California yang bergerak di bidang perakitan pesawat ruang angkasa ini berencana untuk mengirim pesawat ruang angkasa yang diberi nama Red Dragon ke Mars pada awal 2018. Perusahaan milik Elon Musk ini telah mengatakan secara terang-terangan akan melakukan eksplorasi Mars lebih lanjut yang melibatkan manusia dan bukan lagi menggunakan robot suatu saat nanti. Walaupun telah menyatakan hal tersebut, perusahaan itu tidak menyebutkan berapa banyak pesawat ruang angkasa yang akan dikirim ke Mars terkait dengan misi ini.

Pesawat ruang angkasa yang akan diterbangkan dari SpaceX menuju Mars, menggunakan roket pendorong Falcon Heavy. Roket Falcon Heavy adalah versi yang lebih baru dibandingkan dengan versi sebelumnya yakni Falcon 9. Roket itu pertama kali akan dites untuk meluncurkan kapsul menuju ke planet Mars tanpa ada manusia yang terlibat di dalamnya. Jika peluncuran kapsul dengan muatan berat tersebut berhasil mendarat dengan baik di Mars, barulah SpaceX akan melakukan peluncuran yang melibatkan manusia di dalamnya. Selain itu, jika SpaceX mampu melakukan hal itu, maka SpaceX adalah penerbangan swasta pertama yang mampu mendaratkan pesawat ruang angkasa di planet lain. Pesawat ini juga nantinya akan digunakan sebagai tempat tinggal oleh para astronot yang pergi ke Mars. Perusahaan SpaceX juga mengatakan bahwa Red Dragon adalah pesawat ruang angkasa seberat 6.000 kg sebelum meluncur keluar bumi. Kemudian saat sudah berada di luar atmosfer bumi, beberapa bagian seperti roket pendorong akan dilepaskan dari bagian pesawat ruang angkasa utama. Kemudian satu-persatu bagian lain yang sudah tidak diperlukan akan dilepaskan sampai akhirnya pendaratan di Mars berhasil dilakukan sehingga hanya dalam bentuk kapsul. Pada saat pendaratan berhasil dilakukan, kapsul tersebut memiliki berat 3000 kg.

SpaceX mendesain Red Dragon sebagai versi modifikasi dari pesawat ruang angkasa yang digunakan perusahaan ini untuk mengangkut kargo dari dan menuju ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Red Dragon dilengkapi dengan delapan mesin SuperDraco yang memungkinkan kapsul mendarat di tanah yang kokoh, teknik yang dikenal sebagai pendorong pendaratan. Mesin pendorong untuk melakukan pendaratan tersebut akan terus dinyalakan selama Red Dragon melakukan pendaratan ke permukaan Mars. Cara kerja dari mesin pendorong tersebut adalah memperlambat jatuhnya kapsul dan memungkinkan untuk melakukan pendaratan di tanah dengan lebih terkontrol.

Mesin pendorong pendaratan tersebut adalah mesin yang memungkinkan pendaratan secara efisien untuk mengantarkan muatan dalam jumlah besar ke permukaan Mars. Hal tersebut adalah salah satu cara yang NASA masih belum tahu bagaimana untuk melakukannya. Jika tidak menggunakan mesin pendorong pendaratan tersebut sudah pasti kapsul berpotensi mengalami kerusakan yang parah. Hal itu disebabkan oleh atmosfer yang sangat berbeda antara yang dimiliki Bumi dengan Mars. Atmosfer di Bumi lebih tebal, sehingga memungkinkan kapsul untuk dapat jatuh mendarat dengan lebih perlahan. Sedangkan Mars hanya memiliki atmosfer yang jauh lebih tipis daripada Bumi, sehingga kapsul akan berpotensi untuk mengalami benturan keras dengan permukaan Mars. Untuk mencegah terjadinya benturan, mesin pendorong pendaratan yang dapat dikontrol sangat diperlukan.

Sejauh ini, NASA hanya mengetahui bagaimana cara mendaratkan secara lembut perangkat hardware (seperti robot) dengan berat 1 ton yang bervolume 1 m3. NASA kini sedang bekerja pada sebuah proyek pendaratan untuk tanah datar yang berpotensi dapat mendaratkan lebih banyak muatan, namun pengujian kendaraan mengalami beberapa hambatan. Pada tahun 2014, NASA menjelajahi wilayah yang layak untuk menggunakan konsep Red Dragon SpaceX saat melakukan pendaratan peralatan di Mars dan menyatakan bahwa teknik pendaratan kapsul akan dapat bekerja dengan baik menggunakan informasi yang mereka miliki. NASA juga mengusulkan agar menggunakan Red Dragon untuk membawa sampel dari Mars ke Bumi. Namun SpaceX belum menyetujui penggabungan ide tersebut pada misi 2018.

Misi Red Dragon ini akan menjadi hal yang sangat penting dengan tujuan jangka panjang dari SpaceX untuk mendirikan koloni di Mars. Misi pengiriman manusia ke Mars akan membutuhkan pengiriman peralatan berton-ton lebih dahulu sebelum manusia sampai di sana, sehingga penjelajah memiliki semua perlengkapan yang mereka butuhkan untuk kelangsungan hidup mereka. Red Dragon bisa menjadi sarana yang sangat penting untuk mengangkut pasokan menuju dan dari planet ini. SpaceX mengatakan bahwa ia akan mengungkapkan sepenuhnya rencana kolonisasi Mars pada bulan September ini di Aeronautical Kongres Internasional di Guadalajara, Meksiko.

Kamis, 05 Mei 2016

Solusi Guna Menuju Era digital dengan Pusat Data yang Terstandarisasi

- Tidak ada komentar

Merancang sebuah pusat data dengan performa dan tingkat keamanan tinggi bukanlah hal yang mudah. Solusi modular dan rak yang terkonfigurasi akan memudahkan perusahaan untuk merancang pusat data dengan tingkat efisiensi tinggi serta mendorong proses transformasi digital yang dibutuhkan industri 4.0 untuk projek komputasi awan dan pengelolaan data berskala besar.

Rittal kembali menghadirkan inovasi bagi perusahaan kelas menengah yang membutuhkan pusat data yang memiliki efisiensi energi dan terobosan teknologi. Inovasi terbaru berfokus pada serangkaian solusi lengkap, yang berkisar dari solusi tunggal (Smart Package), pusat data mikro hingga rak untuk pusat data. Dengan demikian, lingkungan teknologi informasi (TI) dapat dibangun secara cepat menggunakan rak dengan sistem modular yang berdampak pada biaya investasi dan biaya operasional yang terjangkau.

RiMatrix BCC (Balanced Cloud Center) terdiri dari server yang telah memiliki ISO, sistem pendingin, hingga ke solusi kontainer yang telah dikembangkan bersama dengan iNNOVO Cloud GmbH. Rittal juga berkolaborasi dengan IBM untuk produk pusat data yang digunakan sebagai standardisasi di pusat data Lefdal Mine, Norwegia. Lefdal Mine saat ini bersama dengan Rittal dan IBM sedang membangun pusat data terbesar di dunia dengan menggunakan sumber daya alam di bawah tanah.

Desain pusat data untuk industrial membutuhkan solusi konfigurasi yang dapat diimplementasikan dengan cepat. Proses pembuatan sampai dengan tersedianya di pasar merupakan faktor penting terutama untuk projek Cloud Computing dan aplikasi yang melibatkan banyak pihak secara kolaboratif. Berbagai solusi pusat data dari Rittal akan menjawab kebutuhan pasar dan mendukung konsumen dengan perhitungan biaya yang jelas.

“Klien kami perlu membangun infrastruktur TI yang hemat energi, minim resiko, serta di-implementasi-kan secara cepat, dengan biaya seminimal mungkin. Rittal memberikan pilihan kepada klien dengan menghadirkan solusi pusat data secara modular, mulai dari rak tunggal yang dapat digunakan untuk membangun pusat data sederhana secara aman untuk private cloud, hingga ke skala menengah maupun besar“, ujar Erick Hadi, Presiden Direktur, Rittal Indonesia.

Rittal menghadirkan solusi TI yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan jenis usaha kecil dan menengah. Melalui “Smart Package” – sebuah paket solusi infrastruktur TI terstandarisasi yang terdiri dari rak tunggal dengan berbagai komponen pendukung seperti sistem pendingin, suplai daya, sistem pengawasan dan sistem keamanan.

Mengaku Bisa 'Membangkitkan' Orang Mati?

- Tidak ada komentar


Di masa depan, ketika tubuh manusia mati, maka segala ingatan yang terekam dalam otak bisa dialihkan kepada bentuk kehidupan baru menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Seakan-akan orang itu hidup kembali dalam ‘tubuh’ yang lain.

Suatu perusahaan mengumumkan maksudnya membangkitkan orang mati dengan cara menyimpan segala ingatan orang itu dan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) untuk kembali menghidupkan orang itu. 

Perusahaan bernama Humai itu, pada saat pelaporan, masih belum membeberkan perinciannya. IFL Science juga belum bisa memastikan apakah ini masih sekedar akal-akalan pemasaran.

Yang jelas, perusahaan ini mengatakan bahwa mereka ingin menyimpan “gaya pembicaraan, pola perilaku, proses berpikir, dan informasi fungsi tubuh seseorang secara keseluruhan” ke dalam keping silikon dengan menggunakan AI dan teknologi nano, demikian menurut situs webnya,

Semua informasi itu kemudian dapat “disandikan ke dalam beberapa teknologi sensor yang akan disisipkan ke dalam tubuh buatan dengan otak dari orang yang sudah meninggal tadi.”

Josh Bocanegra, CEO perusahaan itu, mengatakan dalam wawancaranya dengan PopSci bahwa mereka “yakin bisa pertama kalinya membangkitkan orang mati dalam 30 tahun ke depan.”

Ia juga menjelaskan prosesnya dan mengatakan akan menggunakan teknologi kryonik (suhu sangat rendah) untuk membekukan dan menyimpan otak seseorang yang telah meninggal dan mengawetkannya hingga teknologi itu siap untuk memasukannya ke dalam tubuh buatan.

Saat ini, bentuk tubuh buatan itu sendiri belum begitu pasti dan logistik untuk menyalin informasi neural seseorang juga masih bersifat fiksi ilmiah. Namun demikian, perusahaan itu cukup yakin sehingga bahkan menduga bahwa pada suatu hari nanti, kematian adalah pilihan.

Berbicara kepada IEET, Bocanegra menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan AI lainnya mencoba membuat versi virtual orang setelah mereka meninggal. Tapi, perusahaannya adalah yang pertama membangkitkan orang mati untuk hidup kembali.

“Saya kira, batu nisan, foto, video, dan bahkan kenangan bukanlah cara-cara terbaik untuk mengingat seseorang yang telah meninggal,” katanya. “Sebaliknya, saya kira versi AI untuk seseorang yang kita sayangi lebih diinginkan, apalagi kita bisa berinteraksi menggunakan teks dan suara.”

Semoga bukan sekedar iklan untuk lanjutan film AI garapan Steven Spielberg.

Rabu, 04 Mei 2016

Nilai Valuasi Deretan Startup ini Lampaui Rp 13 Triliun

- Tidak ada komentar


Membangun kerajaan bisnis bukanlah hal yang mudah. Meski begitu, di antara ribuan perusahaan di dunia, pasti ada bisnis yang dianggap paling sukses. 

Saking tingginya pertumbuhan, disebutkan bahwa perusahaan non pemerintah ini berhasil menggandakan pendapatan hingga dua kali lipat dalam waktu kurang dari dua tahun.

Riset itu menyebut, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perusahaan yang telah mengalami pertumbuhan hyper terus meningkat. Alasannya karena ada transformasi digital ekonomi, mudah diaksesnya modal, serta munculnya pasar global baru seperti kelas menengah Asia.

Dari 10 perusahaan swasta yang mengalami pertumbuhan sangat pesat, rupanya delapan di antaranya adalah startup di bidang teknologi yang memiliki nilai valuasi minimal US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13 triliun.

1. Uber
Uber memiliki nilai valuasi US$ 62 miliar atau sekitar Rp 815 triliun. Perusahaan asal San Fransisco Amerika Serikat ini membuat sebuah aplikasi pemesanan kendaraan yang menghubungkan penumpang dengan kendaraan sewaan.
Kini, Uber telah beroperasi di 415 kota di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Bahkan belum lama ini, perusahaan besutan Travis Kalanick menghadirkan layanan ojek motor bernama UberMotor di Indonesia.

2. Xiaomi
Perusahaan swasta asal Tiongkok Xiaomi memiliki nilai valuasi US$ 46 miliar atau setara dengan Rp 605 triliun. Didirikan pada 2010, perusahaan yang bergerak dibidang perangkat keras ini dinobatkan menjadi perusahaan swasta dengan pertumbuhan paling pesat kedua di dunia.
Dengan pertumbuhan tinggi, Xiaomi telah memiliki lebih dari 5.000 karyawan dari Tiongkok, Malaysia, Singapura, India, Filipina, dan Indonesia.

3. Airbnb
Didirikan tahun 2008 di San Fransisco, penyedia aplikasi penyewaan akomodasi liburan di seluruh dunia ini kini memiliki nilai valuasi US$ 25,5 miliar atau Rp 335,5 triliun.

4. Palantir Technologies
Perusahaan yang bergerak di bidang big data keamanan asal Silicon Valley ini kini memiliki nilai valuasi US$ 20,5 miliar atau Rp 269,7 triliun. Didirikan tahun 2004, kini Palantir Tech telah memiliki sembilan kantor di dalam maupun luar Amerika Serikat

5. Didi Kuaidi
Perusahaan ini menyediakan aplikasi ride sharing yang didukung oleh Tencent dan Alibaba. Kini berganti nama jadi Didi Chuxing, perusahaan asal Tiongkok tersebut memiliki nilai valuasi US$ 16 miliar atau Rp 210,5 triliun.

6. Snapchat
Snapchat merupakan perusahaan aplikasi pesan foto yang didirikan tahun 2011 Evan Spiegel, Bobby Murphy, dan Reggie Brown saat masih menjadi mahasiswa Universitas Stanford. Kini, nilai valuasi Snapchat telah mencapai US$ 16 miliar atau Rp 201,5 triliun.

7. China Internet Plus
Perusahaan asal Tiongkok ini didirikan pada  2003 dan bergerak di bidang perangkat lunak. China Internet Plus kini memiliki nilai valuasi US$ 15 miliar atau Rp 197,3 triliun.

8. Flipkart
Bergerak di bidang ritel, perusahaan asal India yang didirikan tahun 2007 ini sekarang memiliki nilai valuasi US$ 15 miliar atau Rp 197,3 triliun.

9. Space X
Perusahaan asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang aerospace dan didirikan tahun 2002 ini memiliki nilai valuasi US$ 12 miliar atau Rp 157,8 juta.

10. Pinterest
Sebagai sebuah aplikasi virtual pinboard, Pinterest memungkinkan pengguna untuk mengunggah gambar serta memasukkannya ke dalam kategori. Kini, perusahaan yang dibentuk tahun 2010 di Amerika Serikat ini telah memiliki nilai valuasi US$ 11 miliar atau Rp 144,7 triliun.